Merdeka? Apasih Merdeka?

Merdeka! Apasih Merdeka?
Bagi para Founding Father merdeka itu adalah lepas dari penjajahan. Bagi para mahasiswa 66 merdeka itu adalah lepas dari Orde Lama. Bagi para mahasiswa 98 merdeka itu lepas dari orde baru. Dan bagi mahasiswa 2022 merdeka itu kampus merdeka. Tetapi bagi para pejabat dan oligarki, merdeka itu ceremonial yang dirayakan setiap tanggal 17 Agustus dengan Paskibranya dan baju adat yang melambangkan persatuan. Ketika kita manusia abad ke-21 membahas merdeka, bukan lagi kita membahas mengenai sejarah kolonialisme dan imperialisme, karena hal itu sudah tidak lagi relevan dengan zaman. Seharusnya peringatan kemerdekaan itu adalah waktu dan tempat kita merenungi mau dibawa kemana bangsa dan negara ini?
Menghargai perjuangan para founding fathers itu penting, tetapi untuk terjebak dalam perjuangan itu selamanya adalah salah. Para founding fathers itu memerdekakan kita bukan karena mereka ingin dibangun patung apalagi ditulis dalam sejarah dan apalagi untuk dijadikan nama jalan serta dijadikan alat propaganda politik. Para founding fathers memperjuangkan kemerdekaan ya supaya anak cucu mereka bisa baca, anak cucu mereka bisa berhitung, anak cucu mereka tidak stunting, anak cucu mereka bisa menikah dan punya anak dengan tenang, anak cucu mereka bisa kemana saja dan bisa melakukan apa saja tanpa dibatasi, dan yang terpenting anak cucu mereka bisa makan. Tetapi faktanya setelah merdeka yang ke-77 kasus stunting di Indonesia masih tinggi, angka buta huruf juga masih tinggi, masih banyak yang harus menyebrang sungai dengan seutas tali, masih banyak yang belum mendapatkan akses air bersih dan internet, masih banyak terkena bencana busung lapar, dan masih begitu banyak permasalahan yang ada di Indonesia. 
Apa Jadinya Soekarno, dkk Hidup Di Abad Ke-21?
Kita harus membayangkan apa yang kira-kira dilakukan oleh orang-orang seperti Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Jenderal Sudirman dan para founding fathers lainnya, jika mereka hidup di abad ke-21. Mungkin saja Bung Karno akan berorasi setiap hari didepan gedung Volkstraad atau gedung DPR setiap hari, dengan quotesnya yang terkenal "Ini adalah kesewenang-wenangan dengan mempergunakan undang-undang sebagai sendjata." "Het is de terreur met de wet in de hand". ia akan menulis di twitter pledoi-nya itu dengan judul Thread 
"Indonesia menggugat!" ia membahas dan mengkritisi UUCK yang mana disitu : " bahwa ia menghisap lagi rakyat yang sudah rusak itu, penghisapan yang pada hakikatnya sama betul dengan sistem Kompeni. Malahan lebih jahat dan lebih salah lagi! Kompeni tidak harus memikul tanggungjawab dan tidak pernah mau memikul tanggungjawab itu, Kompeni berdagang dengan cara-cara orang dagang yang keras." dan ia akhiri dengan "Dan kemerdekaan tidak akan “dihadiahkan” oleh imperialisme yang sekarang berusaha “mematangkan” kami dulu, sebab kemerdekaan adalah ruginya imperialisme itu. Kemerdekaan adalah hasil yang kami sendiri harus usahakan, yang kami sendiri harus lahirkan, yang kami sendiri harus ciptakan dan pujikan!" Tapi beberapa saat kemudian akan muncul berita di Detik.Com dengan headline "MAHASISWA ITB DITANGKAP POLDA JABAR KARENA UJARAN KEBENCIAN".
Atau Tan Malaka, yang harus hidup dari Penjara ke Penjara. Dan pastinya Tan Malaka tidak akan dianggap sebagai intelektual melainkan sebagai Buzzer oposisi karena selalu berseberangan dengan negara. Dan tentunya ia tidak akan bisa kabur dengan mudah ke Singapura, Hongkong atau bahkan Beijing karena ketatnya perbatasan Internasional ditambah lagi ia hanyalah seorang pelarian yang hidup sebagai guru tentunya tidak akan punya uang untuk membiayai pelariannya. Ia akan hidup lebih melarat lagi. Begitupun Hatta dan Sjahrir yang mungkin di masa modern mendapatkan beasiswa LPDP ke Belanda dan tidak akan kembali ke Indonesia karena tahu jika mereka kembali mereka akan disia-siakan. Kita harus membayangkan akan betapa sulitnya perjuangan founding fathers kita melawan ketidakmerdekaan di era saat ini. Bahkan Bung Karno pernah bilang “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri,” Dan benar apa yang Soekarno katakan jika perjuangan untuk bersuara di masa sekarang akan sangat susah, karena legitimasi untuk berjuangnya sudah tidak ada. Yang berkuasa saja pribumi, yang menjadi penegak hukum pribumi, yang menjadi koruptor pribumi, yang menjadi mafia pribumi, dan yang menjadi penjajah juga pribumi. 
Paling Tidak Kita Merdeka!
Walaupun Indonesia masih jauh dari kata Merdeka, paling tidak kita masih merdeka untuk bisa menghirup oksigen segar (Kecuali untuk mereka yang dipaksa harus tinggal disamping PLTU); Dan kita juga masih bisa menikmati pendidikan (Kecuali untuk mereka yang tidak mampu membayar SPP dan); Merdeka untuk bisa beribadah (Kecuali untuk mereka yang sulit mendapatkan izin mendirikan rumah ibadah); Merdeka untuk punya rumah (kecuali mereka milenial yang harus menghadapi mahalnya harga rumah). 

Komentar

Postingan Populer