Aku Dan Masa Depan
Apasih itu masa depan? sebuah kisah didalam alam mimpi yang fana penuh dengan rayuan serta buaian. Banyak orang yang mati hanya untuk mengejar masa depan. Baik itu masa depan untuk dirinya sendiri bahkan celakanya kadang ia mati demi masa depan orang lain. Contohnya mereka yang mati di medan perang. Bayangkan seorang anak berusia 18 tahun yang baru saja lulus dari SMA ikut tes tentara kemudian menjadi tentara dan dikirim ke Afganistan. Berperang mempertaruhkan nyawa di sana. Ketika di siang hari sebuah bom bunuh diri meledak membuat anak muda itu hancur berkeping-keping. Kematian anak muda itu sungguh tragis. Tapi kematian anak muda itu hanya sebuah statistik mengingat ada 2,372 Tentara Amerika yang mati di Afganistan.
2000 Ribu nyawa bukanlah angka yang sedikit, dibalik angka 2000 itu terdapat 2000 jiwa yang memiliki sebuah kehidupan. Memiliki keluarga, memiliki kekasih dan memiliki impian. Tak dapat dipungkiri menjadi seorang tentara berarti siap untuk berperang dan mengorbankan nyawa. Sehingga kematian memanglah risiko dari pekerjaan menjadi tentara. Namun tetap saja seorang Tentara adalah manusia.
Impian itulah yang menjadi pertanyaanku dalam renunganku. Apakah esensi dari sebuah impian? Apakah impian hanyalah sebuah keinginan yang otak kita bentuk atau itu adalah panggilan dari yang maha kuasa. Bayangkan berapa banyak sel otak kita dan setiap orang memiliki sel yang berbeda-beda. Sehingga setiap orang tidaklah memiliki jalan fikiran yang sama. Pertanyaannya bagaimana impian itu bisa masuk kedalam fikiran kita. Sehingga membentuk jalan fikiran yang kita jalani sekarang ini?
Begitu banyak pertanyaan yang kudapatkan dalam renunganku, Setiap kali aku berdoa pada Tuhan aku selalu ingin tahu apakah impian ku ini memang datang dari Tuhan atau itu hanyalah keinginan sesaatku atau itu memang bawaan genetika-ku. Entahlah! Jawaban nya adalah waktu. Hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaanku itu pasalnya orang banyak bilang kalau pengalaman yang membuat orang lebih hebat dari orang lainnya. Bukankah Ronaldo menjadi pemain sepakbola hebat bukan karena dilahirkan dari rahim Maria Dolores? tetapi karena ia berlatih 7 Jam dalam sehari. Tentu latihan itu yang membentuk Ronaldo.
Tapi tak selamanya pengalaman menjadikan seseorang menjadi hebat, lihatlah seorang Prabowo yang sudah berkali-kali mencalonkan diri menjadi Calon Presiden. Namun ia selalu gagal, namun seorang Jokowi yang baru pertamakali mencalonkan diri menjadi Presiden justru berhasil. Hal itu membuktikan bahwa pengalaman saja tidak cukup, perlu yang namanya faktor keberuntungan. WAIT WHAT? Faktor keberuntungan? Iya, benar faktor keberuntungan. Bayangkan siapa sih Jokowi itu? Ia bukan berasal dari lingkungan oligarki, orang tua nya hanyalah orang biasa bukan ningrat. Ia pernah merasakan digusur, kalau bukan faktor keberuntungan apa yang membuat nya bisa menjadi orang nomer 1 di dunia ini. Tentu-nya keberuntungan itu ia kemas dengan kerja keras. Kan motonya adalah kerja-kerja-kerja.
Tapi dua orang tadi Ronaldo dan Jokowi adalah dua hal yang bisa menjadi pelajaran bagi semua orang didunia. Bahwa mobilitas sosial didunia ini sudah jauh terbuka. Bayangkan Ronaldo yang berasal dari keluarga miski
n menjadi pemain bola termahal didunia saat ini ia menempati kasta paling tinggi dalam stratifikasi sosial manapun. Begitupun Jokowi ia melakuakn mobilitas sosial yang begitu masif. Dari bukan siapa-siapa menjadi orang nomer satu di Indonesia.
n menjadi pemain bola termahal didunia saat ini ia menempati kasta paling tinggi dalam stratifikasi sosial manapun. Begitupun Jokowi ia melakuakn mobilitas sosial yang begitu masif. Dari bukan siapa-siapa menjadi orang nomer satu di Indonesia.
Mobilitas sosial yang terbuka ini setidaknya memberikanku sebuah gambaran mengenai impian, bahwa impian bukanlah sebuah angan-angan belaka. Ia adalah sebuah gambaran kecil bagaimana masa depan kita kelak. Walaupun untuk mewujudkannya sangatlah sulit. Ingat saja Pheidippides, seorang pembawa pesan yang membawa berita kemenangan Tentara Yunani dari Marathon ke Athena sejauh 42 KM. Ia berlari sepanjang jalan dan ketika tiba di Athena ia mati. Namun ia dikenang sampai saat ini, epic nya ditulis dalam berbagai puisi dan kisah. Kematiannya tentu tidak sia-sia, namun biaya dari kehebatannya itu adalah sebuah nyawa.
Jika memang impianmu sangatlah berarti maka korbankanlah segalanya demi impian itu. Karena hidup hanyalah satu kali. Janganlah kamu mati hanya meninggalkan Ecological footprint. Tapi matilah dengan meninggalkan sebuah kehebatan.
Komentar
Posting Komentar