Sekeping Tulisan Tentang Kelaparan Dunia


Sekeping Tulisan Tentang Kelaparan Dunia
Oleh : Aldrian Kurniawan
Bag 1 : Pertanyaan Mendasar?
           pada dasarnya tujuan umat manusia untuk hidup adalah bertahan hidup dan meneruskan sejarah umat manusia. Perkara mencetak sejarah kehebatan umat manusia itu hanyalah bonus di dalam perjalanannya. Tapi yang utama adalah untuk mempertahankan keberlangsungan spesies umat manusia dari kepunahan.
            Thomas Robert Malthus mencetuskan sebuah teori jika pertumbuhan populasi lebih cepat daripada pertumbuhan pangan. Pada akhirnya teori itu terbukti salah, karena manusia berhasil untuk mempertahnkan hidup. Hal itu dikarenakan dalam teori Malthus yang ia gunakan hanyalah pada satu lokasi dan tanpa adanya pertimbangan pengembangan teknologi pangan di masa mendatang.
            Bahkan Karl Marx dalam sebuah suratnya kepada J B Schweizer pada February 1, 1865 mencemooh teori itu ia mengatakan jika apa yang ditulis oleh Malthus hanyalah sebuah pamphlet sensational yang dibuat dengan plagiarism yang begitu kental, mulai dari awal buku tersebut sampai di-akhir. Karena apa yang malthus sampaikan sebenarnya sudah banyak di cetuskan oleh orang-orang jauh sebelum Malthus ada.
            Walaupun begitu pada akhirnya apa yang Malthus cetuskan hanyalah sebuah prediksi, dan sebagaimana prediksi belaka kemungkinannya cuma 2: hal itu terjadi atau tidak terjadi. Tapi ada yang menarik dari laju pertumbuhan populasi dan laju pertumbuhan pangan. Disitu ada 2 hal yang saling bersinggungan, yaitu antara umat manusia (yang memproduksi) dengan pangan (yang dikonsumsi).
            Ada begitu banyak perbincangan panjang jika membahas antara pangan dan manusia. Mungkin apa yang Malthus cetuskan bisa ada benarnya juga, yaitu bencana kelaparan dapat terjadi walaupun sudah ada factor x (teknologi pangan) yang mana pada dasarnya mematahkan teori Malthus. Faktanya walaupun saat ini manusia sudah memiliki terobosan dalam hal teknologi pangan yang mana tidak diperhitungkan Malthus. Kelaparan tetap terjadi di sebagian negara, terutama negara berkembang. Lebih ironis lagi kelaparan juga terjadi di negara maju, tempat teknologi pangan tercipta.
            Di Amerika yang notabenenya Leading Economic of the world Masih ada rakyatnya yang kelaparan. Menurut data feedingamerica.org pada 2019 ada lebih dari 37 juta orang yang berjuang melawan kelaparan, dari angka ini ada 11 juta anak didalamnya. Tidak hanya di Amerika ada juga 8 juta orang di Inggris yang sangat rentan dengan bencana kelaparan menurut fareshare.org.uk.
            Ironis, itulah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan kedua negara tersebut. Bagaimana tidak ironis, selama ini negara berkembang seperti Yaman, Syiria, Afghanistan, dan lain-lain menganggap jika kehidupan di Amerika sejahtera rakyatnya dan mustahil untuk mengalami kelaparan. Lalu jika negara seperti US dan UK yang selama ini digadang-gadang menjadi superpower dunia saja masih banyak angka kelaparannya bagaimana dengan negara dunia ke-3?
            Jawabannya adalah sangatlah buruk keadaannya. Apalagi di negara dunia ke-3 seperti, atau di benua dunia ke-3 karena yang terdampak bukan lagi tingkat negara tapi benua. Hampir 60 juta anak-anak Afrika terdampak kelaparan dan setengah dari semua kematian anak di Afrika disebabkan oleh kelaparan menurut theguardian.com. Dan dari data FAO (Food and Agriculture Organization) secara global masih ada 821 juta orang yang terdampak kelaparan, hal ini juga diperparah dengan kenyataan ada 21.000 orang yang mati setiap harinya karena kelaparan. Artinya disini permasalahan kelaparan di dunia membahayakan bagi keberlangsungan umat manusia. Tapi pertanyaannya setelah 186 tahun Thomas Robert Malthus meninggal dan teorinya beberapa kali di bantah bahkan di cemooh oleh Marx mengapa kelaparan masih menjadi salah satu faktor utama dari kerentanan kepunahan manusia setelah perang, virus dan bencana alam?
Famine seems to be the last, the most dreadful resource of nature. The power of population is so superior to the power of the earth to produce subsistence for man, that premature death must in some shape or other visit the human race. The vices of mankind are active and able ministers of depopulation. They are the precursors in the great army of destruction, and often finish the dreadful work themselves. But should they fail in this war of extermination, sickly seasons, epidemics, pestilence, and plague advance in terrific array, and sweep off their thousands and tens of thousands. Should success be still incomplete, gigantic inevitable famine stalks in the rear, and with one mighty blow levels the population with the food of the world.
Thomas Malthus, 1798. An Essay on the Principle of Population. Chapter VII, p. 61


Komentar

Postingan Populer